Sejarah Arab Masa Nabi Muhammad SAW
Sebagai umat islam sepantasnya untuk mengetahui bagaimana historis bangsa Arab baik itu pra islam maupun sesudah diutusnya Rasulullah SAW, karena kita umat islam mengikuti ajaran islam yang notabene dari bangsa Arab itu sendiri. Berikut ini adalah pembahasan mengenai Sejarah Arab Masa Nabi Muhammad SAW yang patut kita ketahui.
MASA NABI
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendapat berbagai macam perintah dalam firman Allah,
ﻳﺂ ﻳﻬﺎ ﺍﻟﻣﺩ ﺛﺭ ﴿۱﴾ ﻗﻡ ﻓﺄ ﻧﺫﺭ ﴿۲﴾ ﻭﺭﺑﻙ ﻓﻛﺑﺭ ﴿٣﴾ ﻭﺛﻳﺎ ﺑﻙ ﻓﻁﻬﺭ ﴿٤﴾ ﻭﺍﻟﺭ ﺟﺯ ﻓﺎﻫﺟﺭ﴿۵﴾
ﻭﻻ ﺗﻣﻧﻥ ﺗﺳﺗﻛﺛﺭ ﴿٦﴾ ﻭﻟﺭﺑﻙ ﻓﺎ ﺻﺑﺭ ﴿۷﴾
Artinya :
“
hai orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan, dan
Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa
tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu,
bersabarlah “( Al-Muddatstsiar : 1 - 7 ).
Sepintas
lalu ini merupakan perintah-perintah yang sederhana dan remeh. Namun
pada hakikatnya mempunyai tujuan yang jauh, berpengaruh sangat kuat dan
nyata. Ayat-ayat ini sendiri mengandung materi-materi dakwah dan
tabligh. Dan semua ayat ini menuntut tauhid yang jelas dari manusia,
penyerahan urusan kepada Allah, meninggalkan kesenangan diri sendiri dan
keridhaan manusia, untuk dipasrahkan kepada keridhaan Allah.
Sungguh
ini merupakan perkataan yang besar dan menakutkan, yang membuat beliau
melompat dari tempat tidurnya yang nyaman dirumah yang penuh kedamaian,
lalu siap terjun ke kancah diantara arus dan gelombang kehidupan.
Setelah
beliau bangkit dari tempat tidurnya itu, dimulailah beban yang besar
yang harus dilaksanakan beliau. Mulai saat itu, hingga ia wafat, ia
tidak pernah istirahat dan diam. Tidak hidup untuk diri sendiri
dan keluarga beliau. Beliau bangkit dan senantiasa bangkit untuk
berdakwah kepada Allah, memanggul beban yang berat diatas pundaknya,
tidak mengeluh dalam melaksanakan beban amanat yang besar di muka bumi
ini, memikul beban kehidupan semua manusia, beban akidah, perjuangan dan
jihad di berbagai medan.
Kita bisa membagi masa dakwah Rasulullah SAW menjadi dua periode, yang satu berbeda secara total dengan yang lainnya, yaitu :
- Periode atau fase Mekkah, berjalan kira-kira selama tiga belas tahun.
- Periode atau fase Madinah, berjalan selama sepuluh tahun penuh.
A. FASE MEKKAH
Setiap
periode memiliki tahapan-tahapan sendiri, dengan kekhususannya
masing-masing. Yang satu berbeda dengan yang lain. Hal ini tampak jelas
setelah meneliti berbagai unsur yang menyertai dakwah itu selama dua
periode secara mendetail.
Periode Mekkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan dakwah, yaitu :
- Tahapan Dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga tahun.
- Tahapan Dakwah secara terang-terangan ditengah penduduk Mekkah, yang dimulai sejak tahun keempat dari nubuwah hingga akhir tahun kesepuluh.
- Tahapan Dakwah diluar Mekkah dan penyebarannya, yang dimulai dari tahun kesepuluh dari nubuwah hingga hijrah ke Madinah.
1. Tahap pertama
Tiga tahun Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Mekkah
merupakan sentral agama bangsa Arab. Disana ada peribadatan terhadap
Ka’bah dan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan
seluruh bangsa Arab. Cita-cita untuk memperbaiki keadan mereka tentu
bertambah sulit dan berat jika orang yang hendak mengadakan perbaikan
jauh dari lingkungan mereka. Hal ini membutuhkan kemauan yang keras yang
tidak bisa diguncang musibah dan kesulitan. Maka dalam menghadapi
kondisi ini, tindakan yang paling bijaksana adalah memulai dakwah dengan
sembunyi-sembunyi, agar penduduk Mekkah tidak kaget karena tiba-tiba
menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka.
Pada
awal mulanya Rasulullah SAW menampakkan islam kepada orang yang paling
dekat dengan beliau. Anggota keluarga dan sahabat-sahabat karib beliau.
Beliau menyeru mereka ini kepada islam, juga menyeru kepada siapa pun
yang dirasa memiliki kebaikan yang sudah beliau kenal secara baik dan
mereka pun mengenal beliau secara baik. Dalam tarikh islam, mereka
disebut As-Sabiqunal Awwalun ( yang terdahulu dan yang pertama masuk
islam).
Mereka adalah istri beliau, Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid, pembantu beliau, Zaid bin Haritsah, anak paman beliau, Ali bin Abu Thalib, yang saat itu Ali masih anak-anak dan hidup dalam asuhan beliau, dan sahabat karib beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Abu Bakar yang dikenal kaumnya sebagai
seorang laki-laki yang lemah lembut, pengasih dan ramah, dan memiliki
akhlak yang mulia bersemangat membantu Rasul mendakwahkan islam. Berkat
seruannya, ada beberapa orang yang masuk islam, yaitu :
- Utsman bin Affan
- Az-Zubair bin Al-Awwan
- Abdurrahman bin Auf
- Sa’d bin Abi Waqqash
- Thalhah bin Ubaidillah
Mereka ini juga termasuk orang-orang yang lebih dahulu masuk islam, kawanan pertama dan fajar islam. Ada juga kawanan lainnya yang termasuk orang-orang yang pertama masuk islam, yaitu :
- Bilal bin Rabbah - Abu Salamah bin Abdul Asad
- Amir bin Al-Jarrah - Al- Arqam bin Abil Arqam
- Fathimah bin Al-khattab - Khabbab bin Al-Arrat
- Dan banyak lagi lainnya
Setelah
melihat beberapa kejadian disana-sini, ternyata dakwah islam sudah
didengar orang-orang Quraisy pada tahapan ini, sekalipun dakwah itu
masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan. Namun merekan
tidak ambil peduli.
Selama
tiga tahun dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan
perorangan. Selama jangka waktu ini telah terbentuk sekelompok
orang-orang mukmin yang senantiasa menguatkan hubungan persaudaraan dan
saling bahu-membahu. Penyampaian dakwah terus dilakukan, hingga turun
wahyu yang mengharuskan Rasulullah SAW menampakkan dakwah kepada
kaumnya. Menjelaskan kebatilan mereka dan menyerang
berhala-berhalasesembahan mereka.
2. Tahap Kedua
Dakwah secara Terang-Terangan
Langkah
pertama yang dilakukan Rasulullah ialah dengan mengundang kerabat
dekat. Beliau mengundang Bani Hasyim dan beberapa orang Bani Al-Muthalib
bin Al-Manaf. Beliau menyeru kepada kaumnya kepada Allah dan berserah
diri kepada RabbNya. Namun dari sekian banyak yang datang, semua
menentang Rasulullah, hanya Abu Thaliblah yang mendukung dan
memerintahkan melanjutkan perjuangan Rasul, tetapi Abu Thalib tidak
punya pilihan lain untuk meninggalkan agama Bani Abdul Al-Muthalib.
Setelah
Nabi SAW merasa yakin terhadap dukungan dan janji Abu Thalib untuk
melindunginya dalam menyampaikan wahyu Allah, maka suatu hari beliau
berdiri diatas Shafa, lalu berseru :
“
Wahai semua orang!” maka semua orang berkupul memenuhi seruan beliau,
lalu beliau mengajak mereka kepada tauhid dan iman kepada risalah beliau
serta iman kepada hari akhirat.”
Dari yang hadir disitu, Abu Lahab angkat bicara “ Celakalah engkau untuk selama-lamanya, untuk inikah engkau mengumpulkan kami.”
Lalu turun ayat “ Celakalah kedua tangan Abu Lahab”
Seruan beliau semakin menggema seantero Mekkah, hingga kemudian turn ayat,
“
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang
musyrik.”
Maka
Rasulullah langsung bangkit menyerang berbagai khurafat dan kebohongan
syirik. Menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama sekali
tidak memiliki nilai.
Mekkah
berpijar dengan api kemarahan, bergolak dengan keanehan dan
pengingkaran, tatkala mereka mendengar suar yang memperlihatkan
kesesatan orang-orang musyrik dan para penyembah berhala. Suara itu
seakan akan petir yang membelah awan, berkilau, menggelegar dan
mengguncang udara yang tadinya tenang. Orang-orang Quraisy bangkit untuk
menghadang revolusi yang datang secara tak terduga ini, dan yang
dikhawatirkan akan merusak tradisi warisan mereka.
Orang-orang
Quraisy bingung, karena sepanjang sejarah nenek moyang mereka dan
perjalanan kaumnya, mereka tidak pernah mengetahui bandingan yang
seperti itu. Setelah menguras pikiran, tidak ada jalan lain lagi bagi
mereka menghadapi orang yang jujur dan dapat dipercayai ini (Muhammad
SAW) kecuali mendatangi paman beliau, Abu Thalib. Mereka meminta
kepadanya agar menghentikan segala apa pun yang diperbuat anak
saudaranya.
Dengan
perkataan yang halus dan lemah lembut, Abu thalib menolak permintaan
mereka. Maka mereka pun pulang dengan tangan hampa sehingga Rasulullah
bisa melanjutkan dakwah, menampakkan agama Allah dan menyeru kepadaNya.
Semenjak
penolakan itu, dan orang-orang Quraisy tahu bahwa Muhammad SAW sama
sekali tidak menghentikan dakwahnya, maka mereka memeras pikiran dan
menyimpulkan untuk membenamkan dakwah ini.
Beberapa cara penghadangan mereka terhadap dakwah Rasulullah SAW, yaitu :
- Dengan
ejekan dan penghinaan, olok-olok dan penertawaan. Hal ini mereka
maksudkan untuk melecehkan orang-orang muslim dan menggembosi kekuatan
mental mereka.
- Menjelek-jelekkan
ajaran beliau, membangkitkan keragu-raguan, menyebarkan
anggapan-anggapan yang menyangsikan ajaran-ajaran beliau dan diri
beliau.
- Melawan
Al-Qur’an dengan dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia
dengan dongeng-dongeng itu, agar mereka meninggalkan Al-Qur’an.
- Menyodorkan
beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu mereka
berusaha untuk mempertemukan islam dan jahiliyah ditengah jalan.
- Berbagai macam tekanan dan penyiksaan terhadap pengikut-pengikut Rasulullah SAW.
- Pemboikotan secara menyeluruh terhadap pengikut Muhammad SAW.
Dari
hari ke hari penyiksaan dan tekanan yang dilancarkan orang-orang
Quraisy semakin menjadi-jadi. Hingga Rasulullah menyuruh kaumnya untuk
hijrah dan berdakwah keluar Mekkah.
3. Tahap Ketiga
Dakwah diluar Mekkah
Karena
keadaan semakin mendesak, tekanan disana sini terhadap pengikutnya,
Rasulullah memerintahkan agar kaumnya hijrah dan mendakwahkan islam ke
Habasyah. Rasulullah tahu bahwa raja yang berkuasa adalah seorang raja
yang yang adil, tak bakal ada seorang pun yang teraniaya disisinya.
Pada
bulan Rajab tahun kelima dari nubuwah, sekelompok sahabat hijrah yang
pertama kali ke Habasyah, terdiri dari dua belas orang laki-laki dan
empat orang wanita, yang dipimpin Utsman bin Affan.
Karena
siksaan dan penindasan yang ditimpakan orang-orang Quraisy semakin
menjadi-jadi, Nabi SAW tidak melihat cara lain kecuali memerintahkan
mereka untuk hijrah untuk kedua kalinya. Kali ini hijrah berjumlah
delapan puluh tiga orang laki-laki dan delapan belas wanita. Sementara
itu, Rasulullah SAW tetap berada di Mekkah untuk terus mendakwahkan
Agama Allah buat penduduk Mekkah.
Banyak
kejadian yang terjadi setelah Rasulullah menetapkan perintah kepada
pengikutnya untuk hijrah ke Habasyah. Dari keislamannya Umar bin Khattab
dan Hamzah bin Abdul Muthalib, yang membuat islam semakin kuat, hingga
keadaan duka hati Rasulullah atas meninggalnya paman beliau Abu Thalib
dan Istri beliau Khadijah binti Khuwailid.
Pada
tahun kesepuluh dari nubuwah, Rasulullah SAW pergi ke Thaif, beliau
pergi dengan berjalan kaki. Dengan didampingi pembantunya Zaid bin
Haritsah, beliau mengajak penduduk setiap kabilah yang ia lalui kepada
islam. Namun tak satu pun yang memenuhinya.
Sesampainya
di Thaif, beliau menyeru agama Allah kepada pemimpin Bani Tsaqif. Namun
semua menolaknya dan mencaci maki beliau sambil melempari batu kearah
beliau. Pembantu Nabi SAW, Zaid senantiasa melindungi beliau.
Saat
musim haji tiba, beliau kembali ke Mekkah dan berdakwah kepada
orang-orang yang melaksanakan haji dari segala penduduk diluar Mekkah.
Agama Allah mereka bawa ke negerinya. Hingga tersebar luaslah islam di
jazirah Arab. Diantaranya yaitu :
- Suwaid bin Shamit, Dia adalah seorang penyair yang cerdas dari penduduk Yatsrib yang juga di juluki Al-Kamil oleh kaumnya.
- Iyas bin Mu’adz, Dia seorang pemuda belia dari Yatsrib.
- Abu Dzarr Al-Ghifary, Dia termasuk penduduk pinggiran Yatsrib.
- Thufail bin Amr Ad-Dausy, Dia seorang Penyair cerdas dan pemimpin Kabilah Daus
- Dhimad Al-Azdy, Dia berasal dari Azd Syanu’ah dari Yaman.
Dalam
beberapa waktu, sampailah islam ke penjuru jazirah Arab, hingga ke
Madinah, islam di Madinah disambut baik oleh penduduk. Dakwah berhasil
di bumi Yatsrib ini. Semua ketentuan Allah membuat islam semakin
bercahaya dan bersinar.
B. FASE MADINAH
Setelah
Islam berhasil dan diterima penduduk Madinah melalui peristiwa Baiat
aqabah pertama dan kedua. Islam mulai memancangkan tonggak negara
ditengah padang pasir yang bergelombang kekufuran dan kebodohan. Ini merupakan hasil paling besar yang diperoleh islam semenjak dakwah dimulai.
Rasulullah
memerintahkan seluruh pengikutnya Hijrah ke Madinah, tak tersisa
seorang mukmin pun berada di Mekkah kecuali Rasulullah SAW, Abu Bakar,
Ali bin Abu Thalib, dan beberapa orang yang memang diperintahkan untuk
tetap di Mekkah sampai ada perintah dari Allah SWT.
Pada
suatu ketika Jibril turun kepada beliau membawa wahyu dari Allah,
seraya mengabarkan persekongkolan Quraisy yang hendak membunuh
Rasulullah dan bahwa Allah telah mengizinkan beliau untuk pergi serta
menetapkan waktu hijrah.
Singkat
cerita, setelah beliau dan rombongan memasuki Madinah, beliau disambut
penduduk Madinah dengan gembira dari kalangan Anshar. Sangkin gembiranya
kalangan Anshar, mereka berharap agar Rasulullah singgah dirumah-rumah
mereka.
1. Sistem Sosial Kemasyarakatan, Politik, Ekonomi Dan Sumber Keuangan Negara
a. Rasulullah membangun masyarakat baru
Langkah
pertama yang dilakukan Rsulullah SAW adalah membangun mesjid. Beliau
terjun langsung dalam pembangunan mesjid itu, memindahkan bata dan
bebatuan, seraya berkata : “ Ya Allah, tidak ada kehidupan yang lebih
baik kecuali kehidupan akhirat. Maka ampunilah orang-orang Anshar dan
Muhajirin.”
Beliau
juga membangun beberapa rumah disisi mesjid, dindingnya dari susunan
batu dan bata, atapnya dari daun korma yang disangga beberapa batang
pohon. Itu adalah bilik-bilik untuk istri-istri beliau. Setelah semuanya
beres, maka beliau pindah dari rumah Abu Ayyub kerumah itu.
Mesjid
itu bukan hanya merupakan tempat sholat semata, tapi juga merupakan
sekolahan bagi orang-orang Muslim untuk menerima pengajaran islam dan
bimbingan-bimbingannya, sebagai balai pertemuan dan tempat untuk
mempersatukan berbagai unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh
perselisihan semasa jahiliyah.
Disamping
semua itu, mesjid tersebut juga berfungsi sebagai tempat tinggal
orang-orang Muhajirin yang miskin, yang datang ke Madinah tanpa memiliki
harta, tidak punya kerabat dan masih bujangan atau belum berkeluarga.
Disamping
membangun mesjid sebagai tempat untuk mempersatukan umat manusia,
Rasulullah SAW juga mengambil tindakan yang sangat monumental dalam
sejarah, yaitu usaha mempersatukan antara orang-orang Muhajirin dan
Anshar.
Beliau
mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan Anshar agar saling tolong
menolong, saling mewarisi harta jika ada yang meninggal dunia disamping
kerabatnya. Maka persaudaraan ini, membuat fanatisme jahiliyah menjadi
cair dan tidak ada sesuatu yang dibela kecuali islam. Disamping itu agar
perbedaan-perbedaan keturunan, warna kulit dan daerah tidak
mendominasi, agar seseorang tidak merasa lebih unggul dan merasa lebih
rendah kecuali karena ketakwaan.
Rasulullah
menjadikan persaudaraan ini sebagai suatu ikatan yang harus benar-benar
dilaksanakan. Bukan sekedar isapan jempol dan omong kosong semata.
Melainkan harus merupakan tindakan nyata yang mempertautkan darah dan
harta. Saling mengasihi dan memberikan pertolongan dalam persaudaraaan
ini.
Rasulullah
mempersaudarakan mereka dengan ketentuan ketentuan agama islam atas
keridhaan Allah SWT. Dengan hikmah kepintarannya ini, rasulullah telah
berhasil memancangkan sendi-sendi masyarakat yang baru. Beliau juga
menganjurkan agar mereka menshadaqahkan hartanya, dan juga menganjurkan
mereka agar menahan diri dan tidak suka meminta-minta, kecuali terpaksa,
dan menyeru agar senantiasa sabar dan merasa puas.
Begitulah
cara beliau mengangkat moral dan spirit mereka, membekali mereka dengan
nilai-nilai yang tinggi. Sehingga mereka tampil sebagai sosok yang
ideal dan manusia yang sempurna. Dengan cara ini Nabi SAW mampu
membangun sebuah masyarakat yang baru di Madinah. Suatu masyarakat yang mulia lagi mengagumkan yang dikenal sejarah.
b. Perjanjian dengan pihak yahudi
Setelah
islam sudah terpancang dibumi Madinah, dan islam juga sudah kokoh di
negeri itu, maka Rasulullah mengatur hubungan dengan selain golongan
muslim. Perhatian beliau saat itu terpusat untuk menciptakan keamanan,
kebahagian dan kebaikan bagi
semua manusia. Untuk itu beliau menerapkan undang-undang yang luwes dan
penuh tenggang rasa, yang tidak pernah terbayangkan dalam kehidupan
dunia yang selalu dibayangi fanatisme.
Tetangga
yang paling dekat dengan orang muslim di Madinah adalah orang-orang
Yahudi. Sekalipun memendam kebencian dan permusuhan terhadap orang-orang
Muslim, namun mereka tidak berani menampakkannya. Rasulullah menawarkan
perjanjian kepada mereka, yang intinya memberikan kebebasan menjalankan
agama dan memutar kekayaan, dan tidak boleh saling menyerang atau
memusuhi.
Ada dua belas butir isi perjanjian itu, Diantaranya adalah :
- Orang-orang Yahudi adalah satu umat dengan orang-orang Mukmin. Bagi orang Yahudi agama mereka dan bagi orang Mukmin agama mereka.
- Orang-orang Yahudi dan Mukmin masing –masing harus menafkahkan kehidupan mereka.
- Mereka harus saling bahu-membahu dalam menghadapi musuh yang hendak membatalkan perjanjian ini.
- Mereka harus saling menasehati, berbuat baik dan tidak boleh berbuat jahat.
- Perjanjian ini tidak boleh dilanggar kecuali memang dia orang yang zhalim dan jahat.
Dengan
disahkannya perjanjian ini, maka Madinah dan sekitarnya seakan-akan
merupakan satu negara yang makmur. Ibukota Madinah dan Presidennya, jika
boleh disebut begitu, adalah Rasulullah SAW. Pelaksan pemerintahan dan
penguasa mayoritas adalah orang-orang Muslim. Sehingga dengan begitu
Madinah benar-benar menjadi ibukota bagi Islam.
c. Harta rampasan perang
Pada
saat kafilah dagang kaum Musyrik Mekkah mengadakan perjalanan dagang
dari Syam ke Mekkah. Hal ini diketahui orang-orang muslim. Ini merupakan
kesempatan emas bagi pasukan Madinah untuk melancarkan pukulan yang
telak terhadap orang-orang Musyrik. Pukulan dalam bidang politik,
ekonomi dan militer.
Kafilah
dagang itu sendiri membawa harta kekayaan penduduk Mekkah, yang
jumlahnya sangat melimpah, yaitu sebanyak 1000 ekaor onta, yang membawa
harta benda milik mereka, yang nilainya tidak kurang dari 5000 dinar
emas. Sementara yang mengawalnya tidak lebih dari empat puluh orang.
Harta
rampasan perang ini didapat pada saat terjadinya perang Badar yang tak
terhindarkan lagi pada saat orang nuslim Madinah hendak merampas harta
kafilah dagang ini. Disini kita tak menyinggung bagaimana bisa
terjadinya perang Badar, karena akan kita bahas pada topic yang lain.
Harta
rampasan inilah modal kekayaan orang-orang muslim di Madinah. Harta
rampasan ini dibagi-bagikan kepada penduduk Madinah. Dan pada saat ini
pula turun ayat yang mewajibkan puasa dan membayar zakat. Sehingga
orang-orang muslim yang miskin di Madinah dapat terbantu karena syari’ah
yang ditetapkan Allah.
Sumber: http://spistai.blogspot.com/
0 komentar:
Post a Comment