Nice

  • Latest News

    Saturday, March 23, 2013

    Sejarah Arab Masa Nabi Muhammad SAW | Makalah

    Sejarah Arab Masa Nabi Muhammad SAW | Makalah

    Sejarah Arab Masa Nabi Muhammad SAW

    Sebagai umat islam sepantasnya untuk mengetahui bagaimana historis bangsa Arab baik itu pra islam maupun sesudah diutusnya Rasulullah SAW, karena kita umat islam mengikuti ajaran islam yang notabene dari bangsa Arab itu sendiri. Berikut ini adalah pembahasan mengenai Sejarah Arab Masa Nabi Muhammad SAW yang patut kita ketahui.  

    MASA NABI
    Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendapat berbagai macam perintah dalam firman Allah,
    ﻳﺂ ﻳﻬﺎ ﺍﻟﻣﺩ ﺛﺭ ﴿۱﴾ ﻗﻡ ﻓﺄ ﻧﺫﺭ ﴿۲﴾ ﻭﺭﺑﻙ ﻓﻛﺑﺭ ﴿٣﴾ ﻭﺛﻳﺎ ﺑﻙ ﻓﻁﻬﺭ ﴿٤﴾ ﻭﺍﻟﺭ ﺟﺯ ﻓﺎﻫﺟﺭ﴿۵﴾
    ﻭﻻ ﺗﻣﻧﻥ ﺗﺳﺗﻛﺛﺭ ﴿٦﴾ ﻭﻟﺭﺑﻙ ﻓﺎ ﺻﺑﺭ ﴿۷﴾
    Artinya :
    “ hai orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan, dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah “( Al-Muddatstsiar : 1 - 7 ).
    Sepintas lalu ini merupakan perintah-perintah yang sederhana dan remeh. Namun pada hakikatnya mempunyai tujuan yang jauh, berpengaruh sangat kuat dan nyata. Ayat-ayat ini sendiri mengandung materi-materi dakwah dan tabligh. Dan semua ayat ini menuntut tauhid yang jelas dari manusia, penyerahan urusan kepada Allah, meninggalkan kesenangan diri sendiri dan keridhaan manusia, untuk dipasrahkan kepada keridhaan Allah.
    Sungguh ini merupakan perkataan yang besar dan menakutkan, yang membuat beliau melompat dari tempat tidurnya yang nyaman dirumah yang penuh kedamaian, lalu siap terjun ke kancah diantara arus dan gelombang kehidupan.
    Setelah beliau bangkit dari tempat tidurnya itu, dimulailah beban yang besar yang harus dilaksanakan beliau. Mulai saat itu, hingga ia wafat, ia tidak pernah istirahat dan diam. Tidak hidup untuk diri sendiri dan keluarga beliau. Beliau bangkit dan senantiasa bangkit untuk berdakwah kepada Allah, memanggul beban yang berat diatas pundaknya, tidak mengeluh dalam melaksanakan beban amanat yang besar di muka bumi ini, memikul beban kehidupan semua manusia, beban akidah, perjuangan dan jihad di berbagai medan.
    Kita bisa membagi masa dakwah Rasulullah SAW menjadi dua periode, yang satu berbeda secara total dengan yang lainnya, yaitu :
    1. Periode atau fase Mekkah, berjalan kira-kira selama tiga belas tahun.
    2. Periode atau fase Madinah, berjalan selama sepuluh tahun penuh.
    A. FASE MEKKAH
    Setiap periode memiliki tahapan-tahapan sendiri, dengan kekhususannya masing-masing. Yang satu berbeda dengan yang lain. Hal ini tampak jelas setelah meneliti berbagai unsur yang menyertai dakwah itu selama dua periode secara mendetail.
    Periode Mekkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan dakwah, yaitu :
    1. Tahapan Dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga tahun.
    2. Tahapan Dakwah secara terang-terangan ditengah penduduk Mekkah, yang dimulai sejak tahun keempat dari nubuwah hingga akhir tahun kesepuluh.
    3. Tahapan Dakwah diluar Mekkah dan penyebarannya, yang dimulai dari tahun kesepuluh dari nubuwah hingga hijrah ke Madinah.
    1. Tahap pertama
    Tiga tahun Dakwah secara sembunyi-sembunyi
    Mekkah merupakan sentral agama bangsa Arab. Disana ada peribadatan terhadap Ka’bah dan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh bangsa Arab. Cita-cita untuk memperbaiki keadan mereka tentu bertambah sulit dan berat jika orang yang hendak mengadakan perbaikan jauh dari lingkungan mereka. Hal ini membutuhkan kemauan yang keras yang tidak bisa diguncang musibah dan kesulitan. Maka dalam menghadapi kondisi ini, tindakan yang paling bijaksana adalah memulai dakwah dengan sembunyi-sembunyi, agar penduduk Mekkah tidak kaget karena tiba-tiba menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka.
    Pada awal mulanya Rasulullah SAW menampakkan islam kepada orang yang paling dekat dengan beliau. Anggota keluarga dan sahabat-sahabat karib beliau. Beliau menyeru mereka ini kepada islam, juga menyeru kepada siapa pun yang dirasa memiliki kebaikan yang sudah beliau kenal secara baik dan mereka pun mengenal beliau secara baik. Dalam tarikh islam, mereka disebut As-Sabiqunal Awwalun ( yang terdahulu dan yang pertama masuk islam).
    Mereka adalah istri beliau, Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid, pembantu beliau, Zaid bin Haritsah, anak paman beliau, Ali bin Abu Thalib, yang saat itu Ali masih anak-anak dan hidup dalam asuhan beliau, dan sahabat karib beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq.
    Abu Bakar yang dikenal kaumnya sebagai seorang laki-laki yang lemah lembut, pengasih dan ramah, dan memiliki akhlak yang mulia bersemangat membantu Rasul mendakwahkan islam. Berkat seruannya, ada beberapa orang yang masuk islam, yaitu :
    - Utsman bin Affan
    - Az-Zubair bin Al-Awwan
    - Abdurrahman bin Auf
    - Sa’d bin Abi Waqqash
    - Thalhah bin Ubaidillah
    Mereka ini juga termasuk orang-orang yang lebih dahulu masuk islam, kawanan pertama dan fajar islam. Ada juga kawanan lainnya yang termasuk orang-orang yang pertama masuk islam, yaitu :
    - Bilal bin Rabbah - Abu Salamah bin Abdul Asad
    - Amir bin Al-Jarrah - Al- Arqam bin Abil Arqam
    - Fathimah bin Al-khattab - Khabbab bin Al-Arrat
    - Dan banyak lagi lainnya
    Setelah melihat beberapa kejadian disana-sini, ternyata dakwah islam sudah didengar orang-orang Quraisy pada tahapan ini, sekalipun dakwah itu masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan. Namun merekan tidak ambil peduli.
    Selama tiga tahun dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan. Selama jangka waktu ini telah terbentuk sekelompok orang-orang mukmin yang senantiasa menguatkan hubungan persaudaraan dan saling bahu-membahu. Penyampaian dakwah terus dilakukan, hingga turun wahyu yang mengharuskan Rasulullah SAW menampakkan dakwah kepada kaumnya. Menjelaskan kebatilan mereka dan menyerang berhala-berhalasesembahan mereka.
    2. Tahap Kedua
    Dakwah secara Terang-Terangan
    Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah ialah dengan mengundang kerabat dekat. Beliau mengundang Bani Hasyim dan beberapa orang Bani Al-Muthalib bin Al-Manaf. Beliau menyeru kepada kaumnya kepada Allah dan berserah diri kepada RabbNya. Namun dari sekian banyak yang datang, semua menentang Rasulullah, hanya Abu Thaliblah yang mendukung dan memerintahkan melanjutkan perjuangan Rasul, tetapi Abu Thalib tidak punya pilihan lain untuk meninggalkan agama Bani Abdul Al-Muthalib.
    Setelah Nabi SAW merasa yakin terhadap dukungan dan janji Abu Thalib untuk melindunginya dalam menyampaikan wahyu Allah, maka suatu hari beliau berdiri diatas Shafa, lalu berseru :
    “ Wahai semua orang!” maka semua orang berkupul memenuhi seruan beliau, lalu beliau mengajak mereka kepada tauhid dan iman kepada risalah beliau serta iman kepada hari akhirat.”
    Dari yang hadir disitu, Abu Lahab angkat bicara “ Celakalah engkau untuk selama-lamanya, untuk inikah engkau mengumpulkan kami.”
    Lalu turun ayat “ Celakalah kedua tangan Abu Lahab”
    Seruan beliau semakin menggema seantero Mekkah, hingga kemudian turn ayat,
    “ Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”
    Maka Rasulullah langsung bangkit menyerang berbagai khurafat dan kebohongan syirik. Menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama sekali tidak memiliki nilai.
    Mekkah berpijar dengan api kemarahan, bergolak dengan keanehan dan pengingkaran, tatkala mereka mendengar suar yang memperlihatkan kesesatan orang-orang musyrik dan para penyembah berhala. Suara itu seakan akan petir yang membelah awan, berkilau, menggelegar dan mengguncang udara yang tadinya tenang. Orang-orang Quraisy bangkit untuk menghadang revolusi yang datang secara tak terduga ini, dan yang dikhawatirkan akan merusak tradisi warisan mereka.
    Orang-orang Quraisy bingung, karena sepanjang sejarah nenek moyang mereka dan perjalanan kaumnya, mereka tidak pernah mengetahui bandingan yang seperti itu. Setelah menguras pikiran, tidak ada jalan lain lagi bagi mereka menghadapi orang yang jujur dan dapat dipercayai ini (Muhammad SAW) kecuali mendatangi paman beliau, Abu Thalib. Mereka meminta kepadanya agar menghentikan segala apa pun yang diperbuat anak saudaranya.
    Dengan perkataan yang halus dan lemah lembut, Abu thalib menolak permintaan mereka. Maka mereka pun pulang dengan tangan hampa sehingga Rasulullah bisa melanjutkan dakwah, menampakkan agama Allah dan menyeru kepadaNya.
    Semenjak penolakan itu, dan orang-orang Quraisy tahu bahwa Muhammad SAW sama sekali tidak menghentikan dakwahnya, maka mereka memeras pikiran dan menyimpulkan untuk membenamkan dakwah ini.
    Beberapa cara penghadangan mereka terhadap dakwah Rasulullah SAW, yaitu :
    - Dengan ejekan dan penghinaan, olok-olok dan penertawaan. Hal ini mereka maksudkan untuk melecehkan orang-orang muslim dan menggembosi kekuatan mental mereka.
    - Menjelek-jelekkan ajaran beliau, membangkitkan keragu-raguan, menyebarkan anggapan-anggapan yang menyangsikan ajaran-ajaran beliau dan diri beliau.
    - Melawan Al-Qur’an dengan dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng itu, agar mereka meninggalkan Al-Qur’an.
    - Menyodorkan beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu mereka berusaha untuk mempertemukan islam dan jahiliyah ditengah jalan.
    - Berbagai macam tekanan dan penyiksaan terhadap pengikut-pengikut Rasulullah SAW.
    - Pemboikotan secara menyeluruh terhadap pengikut Muhammad SAW.
    Dari hari ke hari penyiksaan dan tekanan yang dilancarkan orang-orang Quraisy semakin menjadi-jadi. Hingga Rasulullah menyuruh kaumnya untuk hijrah dan berdakwah keluar Mekkah.
    3. Tahap Ketiga
    Dakwah diluar Mekkah
    Karena keadaan semakin mendesak, tekanan disana sini terhadap pengikutnya, Rasulullah memerintahkan agar kaumnya hijrah dan mendakwahkan islam ke Habasyah. Rasulullah tahu bahwa raja yang berkuasa adalah seorang raja yang yang adil, tak bakal ada seorang pun yang teraniaya disisinya.
    Pada bulan Rajab tahun kelima dari nubuwah, sekelompok sahabat hijrah yang pertama kali ke Habasyah, terdiri dari dua belas orang laki-laki dan empat orang wanita, yang dipimpin Utsman bin Affan.
    Karena siksaan dan penindasan yang ditimpakan orang-orang Quraisy semakin menjadi-jadi, Nabi SAW tidak melihat cara lain kecuali memerintahkan mereka untuk hijrah untuk kedua kalinya. Kali ini hijrah berjumlah delapan puluh tiga orang laki-laki dan delapan belas wanita. Sementara itu, Rasulullah SAW tetap berada di Mekkah untuk terus mendakwahkan Agama Allah buat penduduk Mekkah.
    Banyak kejadian yang terjadi setelah Rasulullah menetapkan perintah kepada pengikutnya untuk hijrah ke Habasyah. Dari keislamannya Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib, yang membuat islam semakin kuat, hingga keadaan duka hati Rasulullah atas meninggalnya paman beliau Abu Thalib dan Istri beliau Khadijah binti Khuwailid.
    Pada tahun kesepuluh dari nubuwah, Rasulullah SAW pergi ke Thaif, beliau pergi dengan berjalan kaki. Dengan didampingi pembantunya Zaid bin Haritsah, beliau mengajak penduduk setiap kabilah yang ia lalui kepada islam. Namun tak satu pun yang memenuhinya.
    Sesampainya di Thaif, beliau menyeru agama Allah kepada pemimpin Bani Tsaqif. Namun semua menolaknya dan mencaci maki beliau sambil melempari batu kearah beliau. Pembantu Nabi SAW, Zaid senantiasa melindungi beliau.
    Saat musim haji tiba, beliau kembali ke Mekkah dan berdakwah kepada orang-orang yang melaksanakan haji dari segala penduduk diluar Mekkah. Agama Allah mereka bawa ke negerinya. Hingga tersebar luaslah islam di jazirah Arab. Diantaranya yaitu :
    - Suwaid bin Shamit, Dia adalah seorang penyair yang cerdas dari penduduk Yatsrib yang juga di juluki Al-Kamil oleh kaumnya.
    - Iyas bin Mu’adz, Dia seorang pemuda belia dari Yatsrib.
    - Abu Dzarr Al-Ghifary, Dia termasuk penduduk pinggiran Yatsrib.
    - Thufail bin Amr Ad-Dausy, Dia seorang Penyair cerdas dan pemimpin Kabilah Daus
    - Dhimad Al-Azdy, Dia berasal dari Azd Syanu’ah dari Yaman.
    Dalam beberapa waktu, sampailah islam ke penjuru jazirah Arab, hingga ke Madinah, islam di Madinah disambut baik oleh penduduk. Dakwah berhasil di bumi Yatsrib ini. Semua ketentuan Allah membuat islam semakin bercahaya dan bersinar.
    B. FASE MADINAH
    Setelah Islam berhasil dan diterima penduduk Madinah melalui peristiwa Baiat aqabah pertama dan kedua. Islam mulai memancangkan tonggak negara ditengah padang pasir yang bergelombang kekufuran dan kebodohan. Ini merupakan hasil paling besar yang diperoleh islam semenjak dakwah dimulai.
    Rasulullah memerintahkan seluruh pengikutnya Hijrah ke Madinah, tak tersisa seorang mukmin pun berada di Mekkah kecuali Rasulullah SAW, Abu Bakar, Ali bin Abu Thalib, dan beberapa orang yang memang diperintahkan untuk tetap di Mekkah sampai ada perintah dari Allah SWT.
    Pada suatu ketika Jibril turun kepada beliau membawa wahyu dari Allah, seraya mengabarkan persekongkolan Quraisy yang hendak membunuh Rasulullah dan bahwa Allah telah mengizinkan beliau untuk pergi serta menetapkan waktu hijrah.
    Singkat cerita, setelah beliau dan rombongan memasuki Madinah, beliau disambut penduduk Madinah dengan gembira dari kalangan Anshar. Sangkin gembiranya kalangan Anshar, mereka berharap agar Rasulullah singgah dirumah-rumah mereka.
    1. Sistem Sosial Kemasyarakatan, Politik, Ekonomi Dan Sumber Keuangan Negara
    a. Rasulullah membangun masyarakat baru
    Langkah pertama yang dilakukan Rsulullah SAW adalah membangun mesjid. Beliau terjun langsung dalam pembangunan mesjid itu, memindahkan bata dan bebatuan, seraya berkata : “ Ya Allah, tidak ada kehidupan yang lebih baik kecuali kehidupan akhirat. Maka ampunilah orang-orang Anshar dan Muhajirin.”
    Beliau juga membangun beberapa rumah disisi mesjid, dindingnya dari susunan batu dan bata, atapnya dari daun korma yang disangga beberapa batang pohon. Itu adalah bilik-bilik untuk istri-istri beliau. Setelah semuanya beres, maka beliau pindah dari rumah Abu Ayyub kerumah itu.
    Mesjid itu bukan hanya merupakan tempat sholat semata, tapi juga merupakan sekolahan bagi orang-orang Muslim untuk menerima pengajaran islam dan bimbingan-bimbingannya, sebagai balai pertemuan dan tempat untuk mempersatukan berbagai unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa jahiliyah.
    Disamping semua itu, mesjid tersebut juga berfungsi sebagai tempat tinggal orang-orang Muhajirin yang miskin, yang datang ke Madinah tanpa memiliki harta, tidak punya kerabat dan masih bujangan atau belum berkeluarga.
    Disamping membangun mesjid sebagai tempat untuk mempersatukan umat manusia, Rasulullah SAW juga mengambil tindakan yang sangat monumental dalam sejarah, yaitu usaha mempersatukan antara orang-orang Muhajirin dan Anshar.
    Beliau mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan Anshar agar saling tolong menolong, saling mewarisi harta jika ada yang meninggal dunia disamping kerabatnya. Maka persaudaraan ini, membuat fanatisme jahiliyah menjadi cair dan tidak ada sesuatu yang dibela kecuali islam. Disamping itu agar perbedaan-perbedaan keturunan, warna kulit dan daerah tidak mendominasi, agar seseorang tidak merasa lebih unggul dan merasa lebih rendah kecuali karena ketakwaan.
    Rasulullah menjadikan persaudaraan ini sebagai suatu ikatan yang harus benar-benar dilaksanakan. Bukan sekedar isapan jempol dan omong kosong semata. Melainkan harus merupakan tindakan nyata yang mempertautkan darah dan harta. Saling mengasihi dan memberikan pertolongan dalam persaudaraaan ini.
    Rasulullah mempersaudarakan mereka dengan ketentuan ketentuan agama islam atas keridhaan Allah SWT. Dengan hikmah kepintarannya ini, rasulullah telah berhasil memancangkan sendi-sendi masyarakat yang baru. Beliau juga menganjurkan agar mereka menshadaqahkan hartanya, dan juga menganjurkan mereka agar menahan diri dan tidak suka meminta-minta, kecuali terpaksa, dan menyeru agar senantiasa sabar dan merasa puas.
    Begitulah cara beliau mengangkat moral dan spirit mereka, membekali mereka dengan nilai-nilai yang tinggi. Sehingga mereka tampil sebagai sosok yang ideal dan manusia yang sempurna. Dengan cara ini Nabi SAW mampu membangun sebuah masyarakat yang baru di Madinah. Suatu masyarakat yang mulia lagi mengagumkan yang dikenal sejarah.
    b. Perjanjian dengan pihak yahudi
    Setelah islam sudah terpancang dibumi Madinah, dan islam juga sudah kokoh di negeri itu, maka Rasulullah mengatur hubungan dengan selain golongan muslim. Perhatian beliau saat itu terpusat untuk menciptakan keamanan, kebahagian dan kebaikan bagi semua manusia. Untuk itu beliau menerapkan undang-undang yang luwes dan penuh tenggang rasa, yang tidak pernah terbayangkan dalam kehidupan dunia yang selalu dibayangi fanatisme.
    Tetangga yang paling dekat dengan orang muslim di Madinah adalah orang-orang Yahudi. Sekalipun memendam kebencian dan permusuhan terhadap orang-orang Muslim, namun mereka tidak berani menampakkannya. Rasulullah menawarkan perjanjian kepada mereka, yang intinya memberikan kebebasan menjalankan agama dan memutar kekayaan, dan tidak boleh saling menyerang atau memusuhi.
    Ada dua belas butir isi perjanjian itu, Diantaranya adalah :
    1. Orang-orang Yahudi adalah satu umat dengan orang-orang Mukmin. Bagi orang Yahudi agama mereka dan bagi orang Mukmin agama mereka.
    2. Orang-orang Yahudi dan Mukmin masing –masing harus menafkahkan kehidupan mereka.
    3. Mereka harus saling bahu-membahu dalam menghadapi musuh yang hendak membatalkan perjanjian ini.
    4. Mereka harus saling menasehati, berbuat baik dan tidak boleh berbuat jahat.
    5. Perjanjian ini tidak boleh dilanggar kecuali memang dia orang yang zhalim dan jahat.
    Dengan disahkannya perjanjian ini, maka Madinah dan sekitarnya seakan-akan merupakan satu negara yang makmur. Ibukota Madinah dan Presidennya, jika boleh disebut begitu, adalah Rasulullah SAW. Pelaksan pemerintahan dan penguasa mayoritas adalah orang-orang Muslim. Sehingga dengan begitu Madinah benar-benar menjadi ibukota bagi Islam.
    c. Harta rampasan perang
    Pada saat kafilah dagang kaum Musyrik Mekkah mengadakan perjalanan dagang dari Syam ke Mekkah. Hal ini diketahui orang-orang muslim. Ini merupakan kesempatan emas bagi pasukan Madinah untuk melancarkan pukulan yang telak terhadap orang-orang Musyrik. Pukulan dalam bidang politik, ekonomi dan militer.
    Kafilah dagang itu sendiri membawa harta kekayaan penduduk Mekkah, yang jumlahnya sangat melimpah, yaitu sebanyak 1000 ekaor onta, yang membawa harta benda milik mereka, yang nilainya tidak kurang dari 5000 dinar emas. Sementara yang mengawalnya tidak lebih dari empat puluh orang.
    Harta rampasan perang ini didapat pada saat terjadinya perang Badar yang tak terhindarkan lagi pada saat orang nuslim Madinah hendak merampas harta kafilah dagang ini. Disini kita tak menyinggung bagaimana bisa terjadinya perang Badar, karena akan kita bahas pada topic yang lain.
    Harta rampasan inilah modal kekayaan orang-orang muslim di Madinah. Harta rampasan ini dibagi-bagikan kepada penduduk Madinah. Dan pada saat ini pula turun ayat yang mewajibkan puasa dan membayar zakat. Sehingga orang-orang muslim yang miskin di Madinah dapat terbantu karena syari’ah yang ditetapkan Allah.

    Sumber: http://spistai.blogspot.com/
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Sejarah Arab Masa Nabi Muhammad SAW | Makalah Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top